KEMARIN. Aku kembali dari toko kue menenteng sebungkus besar plastik putih berisi bahan-bahan kue.
Aku menyodorkannya kepada Puput, adik perempuanku. Ia mengobrak-abrik bungkus plastik tersebut dengan kecepatan tinggi, satu per satu ia cek. Kami bermaksud membuat roti bakar.
Akun instagram @roti_eneng telah berhasil mengubah kami berdua menjadi pecandu roti bakar.
Padahal malam sebelumnya, kami baru saja menghabiskan dua bungkus Roti Bakar Bandung yang dijual di samping Masjid Al-Muhajirin, Bengkuring.
Tidak merasa puas, kami pun mencoba mengolahnya dengan kemampuan seadanya.
Punya semacam sifat idealis yang tak bisa aku mengerti, Puput bertekad menciptakan rotinya sendiri.
Katanya, jika ingin dianggap beda, harus ada perjuangan: totalitas. Mulai dari tepung, margarin, fermipan, bread improver, dan susu bubuk dimasukkan Puput ke dalam wadah besar.
Dikocok secara teratur hingga akhirnya tercipta adonan yang teksturnya agak padat. Setelahnya, ia membanting adonan itu hingga menimbulkan suara keras.
Aku yakin tetangga sebelah juga ikut mendengar.
Bergulat dengan adonan roti membuat Puput nampak lelah. Ia membagi dua adonan tersebut ke dalam dua loyang. Satu berukuran besar dan satunya lagi berukuran sedang.
Khusus adonan yang ada di dalam loyang berukuran sedang, ia mencampurnya dengan bubuk green tea.
Satu lagi eksperimen yang ia percaya bisa menghasilkan roti yang menarik dan terasa lezat di lidah.
Ia juga bilang, kalau tidak suka green tea, kita bisa menggantinya dengan bubuk coklat. Lantas ia memasukkan kedua loyang tadi ke dalam oven.
Setelah mengatur suhu panas, ia menyalakan dua lagu Selena Gomez favoritnya: I Love You Like a Song dan Kill Em with Kindness.
Roti sudah matang jika Selena berhenti bernyanyi, katanya pada diri sendiri.
Beberapa menit kemudian, roti sudah tersedia di atas meja. Agar lebih mudah memotongnya, roti-roti tersebut didinginkan selama kurun waktu yang hanya bisa diduga-duga oleh Puput.
Setelah roti dipotong, aku kebagian tugas menyipakan isi roti.
Keju batang kuparut halus dan selai coklat kuoleskan di bagian permukaan roti yang sudah dipotong. Layaknya Mamak, Puput hanya mengizinkan aku membolak-balik roti saat dipanggang.
Selesai. Orang yang pertama mencoba mengudap roti bakar kami adalah Dita, sepupuku yang memiliki gigi ompong di bagian tengah.
Kelembutan tekstur dan kenikmatan yang terkandung di dalam roti bakar kami menari-nari di dalam mulutnya ketika wajah mungilnya menampakkan senyuman yang tulus. (Hna)
12 komentar