KEMARIN. Selain rasanya yang nikmat, nasi uduk yang dibalut dalam daun pisang dengan lipatan yang unik memberikan warna tersendiri pada pengalaman bersantap.
Nasinya dimasak dengan air santan yang tingkat ke-kentalan-nya sudah ditakar sesuai selera. Dicampur dengan daun pandan dan daun salam agar semakin terasa gurih. Nasi uduk macam itu dijual Mbak Ririn dan satu-satunya di Bengkuring.
Fotonya cihuyyy enggak? Main-main ke akun Instagram-nya @masimoto__Lihat lebih banyak hasil karyanya ;) |
Sebagai catatan: sambal goreng tempe bisa di-request, mau keras atau lembek. Karena beberapa orang ada yang menyukai tekstur tertentu.
Nasi uduk biasanya "dikawinkan" dengan telur dadar suir dan sambal goreng tempe, namun Mbak Ririn menambahkan ayam suir yang sudah diberi bumbu agar penampilan dan rasanya lebih menggoda.
Saat memakannya, aku tidak berhenti mengunyah sampai lidahku terasa puas.
***
Pertama kali jualan online
Saat itu aku berada di indekos salah seorang kawan. Seperti biasa, kami berbincang sampai larut malam sambil bermain kartu atau semacamnya.
Di antara banyaknya kisah yang ditawarkan, satu yang melekat di kepalaku: berdagang secara online.
Cerita salah seorang kawan yang telah berhasil memasarkan nasi bungkus secara online membuat hatiku terbujuk untuk melakukan hal yang sama.
Masalah terbesarnya adalah: aku nggak bisa masak.
Bisa saja aku memanfaatkan Puput, adik perempuanku yang baru saja lulus dari SMK jurusan tata boga. Namun ia sedang sibuk dengan pekerjaan sebagai asisten chef di salah satu restoran masakan Jepang di Samarinda.
Aku mulai memutar otak, hingga akhirnya menemukan opsi lain.
Ide berjualan nasi uduk datang saat aku berkunjung ke rumah Mbak Ririn. Di sanalah aku merasakan betapa lezatnya nasi uduk buatan ibunya.
Mbak Ririn selalu bersikap positif. Ia melihat sisi baik dalam segala hal. Buktinya, ketika aku mengajukan diri memasarkan nasi uduk miliknya, ia mengacungkan empat jempol.
Perjalananku menjual nasi uduk secara online pun dimulai.
Demi memikat hati pelanggan, aku melakukan sesi pemotretan terhadap nasi uduk Mbak Ririn. Kemudian membuat beberapa pamflet digital agar nasi uduk tersebut mudah dipromosikan.
Sebenarnya, aku berjualan nasi uduk hanya sebagai pengisi waktu luang sebelum hari wisuda tiba. Namun kebablasan sampai enam bulan lamanya.
Banyaknya pekerjaan membuatku memutuskan berhenti pada akhir November 2015. Samapi saat ini, warung Mbak Ririn, yang berlokasi di Perumahan Bengkuring, tepat di seberang Toko Anas, masih buka.
Warung Mbak Ririn. Cari aja di Bengkuring, persis di seberang Toko Anas. Jam 10 pagi ke atas, nasinya udah habis lho! |
Bukan hanya nasi uduk yang disajikan, warung Mbak Ririn juga menyuguhkan beraneka jajanan pasar yang cocok untuk sarapan. Jangan lupa singgah, kalau berkunjung ke Benkguring. (Hna)
Posting Komentar