R7ZiNLx3KC2qKMr3lC8fGnzuEqDGM1kXB8IvxLhQ
Bookmark

Jangan Buang Waktu di Umur 25

KEMARIN. Tak terasa umurku sudah mencapai seperempat abad. Entah siapa yang bilang, entah darimana mendengar, kalau 25 bukan lagi angka yang tepat untuk main-main.

Angka 25 kerap dikaitkan dengan simbol kedewasaan.

***

Lupa hari ulang tahun

Sama seperti tahun-tahun sebelumnya, aku tidak pernah merayakan ulang tahun. Bahkan Mamak selalu lupa hari lahirku. Tahunya cuman Februari. Itu saja.

Satu ketika di umur 9 tahun, Mamak pernah memanggil teman-teman ngaji di TPA (Taman Pendidikan Al-Qur'an) untuk makan bersama, dengan bubur kacang ijo sebagai sajian. Tak ada kue ulang tahun, yang ada hanya sepanci bubur kacang ijo.

Miris, keesokan harinya ada seorang kawan yang absen mengaji karena sakit gigi. Usut punya usut, ternyata bubur kacang ijo buatan Mamak yang kelewat manis adalah penyebabnya.

Seakan waktu terulang kembali, tahun ini orang rumah kembali memasakkan aku bubur kacang ijo. Katanya sih nostalgia 90-an atau apalah. Terserah.

Aku merasa beruntung karena memiliki keluarga yang perhatian. Meski aku harus menegak dua pil obat sakit gigi cap Pak Tani dan menambal pipi dengan salon pas setelah menyantap dua mangkuk bubur kacang ijo tersebut.

Pernah juga waktu itu, 2015 kalau tak salah, Puput membuatkan aku gabin fla, yang dihiasnya dengan lilin agar tampak seperti kue ulang tahun. Ia menyuruhku menyalakan lilin lalu meniupnya.

Aku sadar: (1) aku terlihat bodoh, (2) saat aku kembali menyalakan lilin, memotretnya dan kemudian meng-upload ke akun Path pribadiku, hasil jepretanku malah tampak seperti tempe goreng. Benar-benar mirip dengan sesajen pemuja setan, dan (3) aku kembali terlihat bodoh.


The Bengkuring Bakery Street

Nah, di umur yang ke-25 ini ada yang sedikit berbeda. Aku dan Puput membuka gerai kecil-kecilan di halaman depan rumah. Gerai kami itu menyediakan berbagai macam aneka roti dan kue. Hitung-hitung promosi, aku pun punya alasan merayakan hari lahir dengan mengundang kawan-kawanku di bangku kuliah.


Source: fineartamerica.com


Mereka mencoba Beng-Burger khas Bengkuring Bakery Street (BBS). Hari lahirku pun tampak berkesan dengan adanya mereka di sisiku. Meski expired kelewat dua hari.






Aku mempersilahkan mereka membuat Beng-Burger sendiri. Menyantapnya dengan segelas sirup jeruk dan melepaskan dahaga setelah lelah seharian bekerja.

So now, saatnya kembali ke dunia nyata. Mulai lagi merajut mimpi-mimpi yang belum jadi kenyataan. Harapannya, di umur 25 apa yang kuinginkan bisa tercapai. Namun, bagaimanapun juga, mempersiapkan diri untuk kehidupan selanjutnya adalah modal yang terpenting. (Hna)
2 komentar

2 komentar

  • wuland
    wuland
    17 Februari 2017 pukul 23.48
    nice ane ngankak min��
    • wuland
      Bengkuringnish
      18 Februari 2017 pukul 17.50
      makasih yah haha
    Reply