R7ZiNLx3KC2qKMr3lC8fGnzuEqDGM1kXB8IvxLhQ
Bookmark

Please! Panggil Kami Bengkuringnish



KEMARIN. Tahun 1999, beriringan dengan euforia runtuhnya rezim Orde Baru, Mamak memutuskan pindah ke Bengkuring. Aku merasa cemas bercampur takut tak bisa menyatu dengan lingkungan baru.

Waktu begitu cepat, sampai-sampai aku terus mempertanyakan, di mana letak keindahan Bengkuring? Wadah yang nyaman untuk hidup? Aku rasa bukan, soalnya sering banjir. Lalu apa? Kenapa juga Mamak repot-repot memboyongku ke sini sih?

Sebagai daerah yang tidak diidolakan masyarakat urban, akan terasa sulit memahami keelokan Bengkuring dari sisi mana pun. Namun ada satu ihwal yang membuatku kagum: warga Bengkuring itu sendiri.


Secara fisik mungkin sama dengan orang Indonesia kebanyakan, tapi ada satu keunikan yang masih menjadi misteri di balik otak Bengkuringnish.


Eskodus 

Secuil orang mungkin tahu dan secuil lagi tidak bahwa mayoritas warga Bengkuring adalah buah hasil relokasi yang dilakukan pemerintah ketika terjadi penggusuran di sekitar bantaran Sungai Karang Mumus. 

Kalau tidak salah (tolong tegur jika memang salah), saat itu pemerintah menawarkan fasilitas hunian di Sambutan atau Bengkuring bagi warga yang rumahnya digusur.

Memang, di era 90-an, Bengkuring seperti Racoon City pasca pelepasan T-Virus dalam Resident Evil: sepi dan (mungkin) banyak zombie. Tak ramai penghuninya dan dikelilingi rawa-rawa. Namun sekarang, meski berada di ujung utara kota Samarinda, Bengkuring berubah menjadi peradaban yang maju.


Kebanyakan Bengkuringnish tak bisa melupakan jati dirinya sebagai penghuni asli bantaran Sungai Karang Mumus. Hal itu mereka tunjukkan dengan kesukaannya memancing.


Bagian populasi Samarinda

Sejak beberapa waktu lalu, Bengkuring masuk di Kelurahan Sempaja Timur (hasil pemekaran Kelurahan Sempaja Selatan). Tercatat ada 13.976 jiwa penduduk yang mendiami Sempaja Timur, dan kemungkinan 80% adalah warga Bengkuring. Angka tersebut melebihi jumlah penduduk Pulau Bunyu, Kabupaten Bulungan, Kalimantan Utara.

Tidak heran bila setiap pagi, di hari-hari kerja banyak orang bergulat dengan kemacetan di simpang 4 Sempaja, boleh jadi warga Bengkuring yang paling banyak meramaikan.


Dekat dengan Kuala Lumpur?

Meski begitu, banyak warga Samarinda menganggap Bengkuring adalah daerah terasing. Bahkan ada satu kelakar yang mengatasnamakan Bengkuring:

"Tau nggak sih, kalau mau ke Bengkuring kita butuh paspor, soalnya jauuuhhhh. Salah belok, bisa nyasar ke Kuala Lumpur." 

Terserah deh.


Benar juga, ternyata jalan kaki M.Said - Bengkuring bisa memakan waktu 2 jam (source: googlemaps.com).


Perihal Bengkuringnish

Seperti yang sudah dibuka di atas, aku tidak terlalu peduli apakah Bengkuring daerah terasing atau bukan, yang jelas, aku merasa bangga (meski tanpa alasan yang pasti) menjadi Bengkuringnish.

Yap, Bengkuringnish. Nama itu tercuat begitu saja. Entah darimana datangnya. Kata Bengkuringnish terasa cocok dilidah saat diucakpan dan terasa nyaman saat didengar.


Meski Bengkuring memiliki jalan yang tambal sulam dan bergerigi, Bengkuringnish tetap bahagia.


Atau belum puas, masih ada penjelasan kenapa harus memanggil orang Bengkuring dengan sebutan Bengkuringnish.

Dalam bahasa Inggris, kata -ish ditambakan untuk membentuk makna kata sifat atau kepemilikan. Bisa dilakukan terhadap semua kata kerja jamak yang berhubungan dengan kebangsaan seseorang.

CONTOH:
Poland: Polish
Scotland: Scottish
Britain: British 

In this case, warga Bengkuring adalah sekumpulan orang yang hidup atau bermukim di daerah yang bernama Bengkuring. Sah-sah saja kalau disapa Bengkuringnish.

Kalau boleh menafsirkan sendri, secara umum urang Samarinda adalah Bengkuringnish. Kenapa? Karena pada hakikatnya, Bengkuring adalah milik warga Samarinda.

Di-iya-in aja ya hehe 😋


Nggak mau kalah, Bengkuringnish juga punya klub sepakbola sendiri, yang bergelar Bengkuring FC.


Jadi, jika memang orang Swedia disebut Swedish dan orang Bangladesh sering disapa Bangladeshi. Tidak ada salahnya kalau pria, wanita, dan anak-anak yang tinggal di Bengkuring (untuk sekedar menyenangkan hati mereka) dipanggil Bengkuringnish.

Sama seperti halnya Ice Cube, pentolan N.W.A, grup hip-hop asal Amerika yang dengan tegas menyatakan: Everywhere I go, I'm still motha****in' West Coast! Demikian juga dengan warga Bengkuring, sudah semestinya kita menjadi Bengkuringnish.

Jika kalian warga Bengkuring atau mungkin urang Samarinda yang pernah ke Bengkuring, berbanggalah karena kita adalah Bengkuringnish.


Selalu ceria dan terkadang Alay, menjadi keunikan tersendiri yang dimilki Bengkuringnish.


***

Tolong beri pendapat kalian tentang Bengkuring. Atau mungkin kalian punya ide memberi nama panggilan daerah masing-masing, silahkan berkomentar di kolom komentar!

Have nice day. Jazakallah Khair 😄 (Hna)
3 komentar

3 komentar

  • Raymond Chouda
    Raymond Chouda
    22 November 2020 pukul 12.11
    Njir ngakak eh.... Aku ni mantan Bengkuringnish juga... Wkwk
    Reply
  • neng fitri
    neng fitri
    7 April 2017 pukul 15.47
    Bisa tak tedor tak dodok kalo dari M.Said - Bengkuring jalan kaki hmm
    • neng fitri
      Bengkuringnish
      7 April 2017 pukul 20.51
      namanya cinta bisa membuat jalan kaki tak berasa ~
    Reply