KEMARIN. Ada dua hal yang terlintas di benakku saat terjadi fenomena super blood moon semalam. Pertama, aku sangat menyesal karena tidak bisa melaksanakan salat gerhana. Kedua, di balik penyesalan itu, aku diperlihatkan secercah kebahagian dari binar bola mata Mamak yang indah.
Padahal, untuk bagian pertama, aku sudah menyiapkan segala sesuatunya dengan afdal. Aku duduk bersandar pada tembok di salah satu masjid di kawasan Balaikota Samarinda. Menatap layar ponsel, membaca dengan hikmat tata cara salat gerhana yang dikirimi kawan di group WA.
Singkatnya, terkumpul niat intensif untuk melaksanakan ibadah tersebut. "19.48 Wita ya," gumamku dalam hati.
Dan untuk yang kedua, perasaan ini datang saat aku tidak sanggup melaksanakan apa yang sudah direncanakan.
Di tengah bertugas, asma yang aku idap sedari kecil mendadak kambuh. Aku tidak menyalahkan cuaca yang waktu itu memang kelewat dingin. Tidak pula menyudutkan paru-paruku yang tidak normal seperti orang lain. Aku hanya menyesal tidak bisa bangkit dari peraduan ketika super blood moon telah nampak.
Sekitar pukul sembilan malam, Mamak membangunkan aku untuk melaksanakan salat Isya. Wantia tercantik di seantero Bengkuring itu bilang, kalau bulan sudah hampir tertutup penuh. Dan orang-orang di masjid sudah melaksanakan salat dua rakaat. Sontak, aku bergegas mengambil air wudhu, kemudian mengangkat takbir.
Aku ingin kembali ke ranjang kesayanganku, tapi Mamak melarang. Dia sekali lagi berkata, "kenapa kada ikam keluar setumat, lihat nah bulannya!"
Dengan rasa malas masih menyelimuti, aku keluar rumah tanpa mengenakan alas kaki. Mamak benar, benda langit yang berbentuk lingkaran itu terlihat elok taktala bayangan gelap hampir memakannya.
Aku berpaling ke arah Mamak yang sedari tadi ada di sampingku. Aku menatap matanya yang mungil disertai cahaya bening di sisinya. "MasyaAllah," kata Mamak dalam suara pelan.
Saat bulan sudah tertutup penuh, kami kembali masuk ke dalam rumah dan melanjutkan hidup. Momen kecil itu takkan aku lupakan sepanjang masa. Berdiri di tengah jalan, menghalangi orang yang lalu lalang. Bersama Mamak walau lima menit.
Peristiwa langka
31 Januari 2018. Hampir semua media baik cetak, elektornik, maupun online memberitakan tentang super blood moon yang akan terjadi pada pukul 19:48 Wita. Terhitung seminggu sebelum perisitiwa itu terjadi, aku sudah berhajat akan mengabadikannya di Bengkuring Weekly (BW).
Beruntung, salah seorang teman yang jago memotret dengan hati--dan badan yang besar hehe--mau menghadiahkan aku hasil jepretannya. Alhasil tulisan ini menjadi lengkap dengan karya keren miliknya.
Super Blood Moon dari sudut Kota Samarinda (taken by @tigabelastiga) |
Padahal, untuk bagian pertama, aku sudah menyiapkan segala sesuatunya dengan afdal. Aku duduk bersandar pada tembok di salah satu masjid di kawasan Balaikota Samarinda. Menatap layar ponsel, membaca dengan hikmat tata cara salat gerhana yang dikirimi kawan di group WA.
Singkatnya, terkumpul niat intensif untuk melaksanakan ibadah tersebut. "19.48 Wita ya," gumamku dalam hati.
Dan untuk yang kedua, perasaan ini datang saat aku tidak sanggup melaksanakan apa yang sudah direncanakan.
Di tengah bertugas, asma yang aku idap sedari kecil mendadak kambuh. Aku tidak menyalahkan cuaca yang waktu itu memang kelewat dingin. Tidak pula menyudutkan paru-paruku yang tidak normal seperti orang lain. Aku hanya menyesal tidak bisa bangkit dari peraduan ketika super blood moon telah nampak.
Sekitar pukul sembilan malam, Mamak membangunkan aku untuk melaksanakan salat Isya. Wantia tercantik di seantero Bengkuring itu bilang, kalau bulan sudah hampir tertutup penuh. Dan orang-orang di masjid sudah melaksanakan salat dua rakaat. Sontak, aku bergegas mengambil air wudhu, kemudian mengangkat takbir.
Aku ingin kembali ke ranjang kesayanganku, tapi Mamak melarang. Dia sekali lagi berkata, "kenapa kada ikam keluar setumat, lihat nah bulannya!"
Dengan rasa malas masih menyelimuti, aku keluar rumah tanpa mengenakan alas kaki. Mamak benar, benda langit yang berbentuk lingkaran itu terlihat elok taktala bayangan gelap hampir memakannya.
Aku berpaling ke arah Mamak yang sedari tadi ada di sampingku. Aku menatap matanya yang mungil disertai cahaya bening di sisinya. "MasyaAllah," kata Mamak dalam suara pelan.
Saat bulan sudah tertutup penuh, kami kembali masuk ke dalam rumah dan melanjutkan hidup. Momen kecil itu takkan aku lupakan sepanjang masa. Berdiri di tengah jalan, menghalangi orang yang lalu lalang. Bersama Mamak walau lima menit.
Peristiwa langka
31 Januari 2018. Hampir semua media baik cetak, elektornik, maupun online memberitakan tentang super blood moon yang akan terjadi pada pukul 19:48 Wita. Terhitung seminggu sebelum perisitiwa itu terjadi, aku sudah berhajat akan mengabadikannya di Bengkuring Weekly (BW).
Beruntung, salah seorang teman yang jago memotret dengan hati--dan badan yang besar hehe--mau menghadiahkan aku hasil jepretannya. Alhasil tulisan ini menjadi lengkap dengan karya keren miliknya.
Kenapa aku sangat terobsesi dengan super blood moon? Fenomena lunar ini tergolong langka lantaran belum pernah terjadi lagi sejak 150 tahun silam. Super blood moon terakhir kali muncul pada 31 Maret 1866.
One thing, yang membuat supermoon sekaligus blue moon ini spektakuler adalah kenyataan bahwa fenomena ini berbarengan dengan peristiwa gerhana bulan total.
Cukup menjelaskan kenapa para Manusia Saiyan berubah bentuk saat terjadi bulan purnama. Kemungkinan besar jika mereka melihat super blood moon, akan tercipta monster yang sangat mengerikan.
(Sorry, aku nggak tahan ingin menyampaikan hipotesis ini. Mari kita lanjutkan ke fenomena super blood moon).
Masih ada gerhana lain pada 2018?
Tersirat kabar burung kalau gerhana bulan akan kembali meyapa Indonesia pada 28 Juli 2018 mendatang. Saat peristiwa ini terjadi, bulan akan tampak kemerahan bagi penduduk bumi. Sulit menerka bagi kalian yang tinggal di Planet Namec. Again?
Memiliki selisih waktu satu jam dengan Kota Tegal, maka diperkirakan gerhana bulan akan terjadi mulai pukul 01.14 Wita di Bengkuring City. Durasinya akan berlangsung selama satu jam 42 menit.
In case, aku hanya ingin mengingatkan kalian agar segera menjauhi keluarga Son Goku saat peristiwa ini terjadi. Kalian pasti sudah tahu apa yang harus dilakukan. Potong ekornya saat mereka mulai melamun sambil menengadah ke arah super blood moon. (Hna)
One thing, yang membuat supermoon sekaligus blue moon ini spektakuler adalah kenyataan bahwa fenomena ini berbarengan dengan peristiwa gerhana bulan total.
Cukup menjelaskan kenapa para Manusia Saiyan berubah bentuk saat terjadi bulan purnama. Kemungkinan besar jika mereka melihat super blood moon, akan tercipta monster yang sangat mengerikan.
(Sorry, aku nggak tahan ingin menyampaikan hipotesis ini. Mari kita lanjutkan ke fenomena super blood moon).
Masih ada gerhana lain pada 2018?
Tersirat kabar burung kalau gerhana bulan akan kembali meyapa Indonesia pada 28 Juli 2018 mendatang. Saat peristiwa ini terjadi, bulan akan tampak kemerahan bagi penduduk bumi. Sulit menerka bagi kalian yang tinggal di Planet Namec. Again?
Memiliki selisih waktu satu jam dengan Kota Tegal, maka diperkirakan gerhana bulan akan terjadi mulai pukul 01.14 Wita di Bengkuring City. Durasinya akan berlangsung selama satu jam 42 menit.
In case, aku hanya ingin mengingatkan kalian agar segera menjauhi keluarga Son Goku saat peristiwa ini terjadi. Kalian pasti sudah tahu apa yang harus dilakukan. Potong ekornya saat mereka mulai melamun sambil menengadah ke arah super blood moon. (Hna)
1 komentar