KEMARIN. "Sialan," pekikku dalam hati, sesaat setelah menonton sejumlah adegan awal film 20th Century Women. Tokoh Dorothea (Annete Bening) mengingatkanku pada sosok Mamak: pekerja keras, nggak bisa diam (in the good way), dan secercah kebahagian yang terpancar dari wajah seorang wanita single parent.
Dalam hitungan detik, nuansa yang dibawa Dorothea bisa mengkomunikasikan semua hal yang terjadi di pertengahan abad ke-20. Segala polemik yang sebelumnya aku tidak ketahui tentang dunia secara global, disajikan dalam kemasan yang menarik pada film garapan Mike Mills ini.
Dalam hitungan detik, nuansa yang dibawa Dorothea bisa mengkomunikasikan semua hal yang terjadi di pertengahan abad ke-20. Segala polemik yang sebelumnya aku tidak ketahui tentang dunia secara global, disajikan dalam kemasan yang menarik pada film garapan Mike Mills ini.
20th Century Women, film yang menjajikan ketenangan setiap kali melihat adegan per adegannya. (Source: a24films.com) |
Bahkan, ketika memulai menulis, aku disibukkan mencari tahu apa makna yang tersemat dari istilah Y2K dan kapan tepatnya abad ke-20 itu dimulai. Terpenting, Kenapa film yang duduk di nominasi the best original screenplay 2016 tersebut memilih wanita untuk merepresentasikan kehidupan di abad ke-20?
Di era 1970-an, budaya populer muncul secara perlahan, namun berjalan mulus dan berdiri kokoh di setiap isi otak anak muda yang menjujung tinggi nilai kebebasan.
Di tahun-tahun itu juga, orang Amerika (yang punya stereotip arogan, open-minded, suka yang praktis dan efisien) mengukuhkan ideologi feminisme. Terlebih, seorang wanita yang lahir dan tumbuh di masa depresi (pasca-perang dunia ke-2) dituntut untuk menambah wawasannya tentang arti kebebasan itu sendiri. Dalam hal ini, cara mengasuh anak.
Dua tokoh utama dalam 20th Century Women, Dorothea dan anak laki-laiknya, Jammie (Lucas Jade Zumann), menggambarkan potret setiap karakter lainnya dari sudut pandang mereka.
Dua tokoh utama dalam 20th Century Women, Dorothea dan anak laki-laiknya, Jammie (Lucas Jade Zumann), menggambarkan potret setiap karakter lainnya dari sudut pandang mereka.
Sebagai narator, kisah mereka berdua membuatku larut dalam singgasana kebebasan. Misal, Dorothea menyambut hangat setiap eksperimen Jammie tentang "cara mengasuh anak yang baik dan benar".
Dari isi kepala Jammie, orangtua tidak seharusnya mengekang atau mengarahkan mereka "mau jadi apa nanti". Menurut Jammie, di usia remaja, anak-anak berhak menentukan kehidupan mereka sendiri.
Dorothea tak sepenuhnya yakin eksperimen Jammie itu bisa bekerja. Dia meminta bantuan Abbie (Greta Gerwig) dan Julie (Elle Fanning) yang banyak membawa pengaruh ke-wanita-an pada hidup Jammie.
Jammie banyak sekali membaca buku tentang feminisme saat bersama Abbie. Sedangkan ketika berduaan dengan Julie, dia selalu awas mendengar ceritanya tentang rahasia wanita.
Dorothea tak sepenuhnya yakin eksperimen Jammie itu bisa bekerja. Dia meminta bantuan Abbie (Greta Gerwig) dan Julie (Elle Fanning) yang banyak membawa pengaruh ke-wanita-an pada hidup Jammie.
source: honeycuttshollywood.com |
Jammie banyak sekali membaca buku tentang feminisme saat bersama Abbie. Sedangkan ketika berduaan dengan Julie, dia selalu awas mendengar ceritanya tentang rahasia wanita.
Terutama, soal orgasme. Jammie juga sempat dipukuli oleh remaja lain hanya karena membela harkat wanita.
Untuk manusia super cupu seperti aku, informasi bahwa pria adalah seorang feminis, aku dapat dari film ini, setelah melihat tokoh yang dimainkan Jammie dan William (Billy Crudup).
Untuk manusia super cupu seperti aku, informasi bahwa pria adalah seorang feminis, aku dapat dari film ini, setelah melihat tokoh yang dimainkan Jammie dan William (Billy Crudup).
Terkadang, William yang nge-kos di rumah Dorothea menjadi sosok seorang ayah bagi Jammie dalam hal pekerjaan "laki-laki". Namun sayang, minat William terhadap "pekerjaan laki-laki" tidak bisa diimbangi Jammie.
Berangkat dari 20th Century Women, aku mulai mengerti bagaimana seharusnya memperlakukan wanita yang disayangi. Dari kehidupan yang dijalani sekarang, tanpa malu mengaku, kalau aku adalah seorang feminis.
Di rumah, aku dikelilingi banyak wanita. Aku tinggal bersama Nenek, Mamak, dan adik perempuanku. Mereka harus dilindungi, mereka harus disayangi, meski sudah terbukti mereka bisa melindungi diri sendiri.
Aku merenung sejenak, ingat perkataan seorang alim, bahwa jika ada seorang perempuan menyayangimu, maka sayangilah dia 1000 kali lipat dari dia menyayangimu. (Hna)
Berangkat dari 20th Century Women, aku mulai mengerti bagaimana seharusnya memperlakukan wanita yang disayangi. Dari kehidupan yang dijalani sekarang, tanpa malu mengaku, kalau aku adalah seorang feminis.
Me and Big Family, what else? |
Di rumah, aku dikelilingi banyak wanita. Aku tinggal bersama Nenek, Mamak, dan adik perempuanku. Mereka harus dilindungi, mereka harus disayangi, meski sudah terbukti mereka bisa melindungi diri sendiri.
Aku merenung sejenak, ingat perkataan seorang alim, bahwa jika ada seorang perempuan menyayangimu, maka sayangilah dia 1000 kali lipat dari dia menyayangimu. (Hna)
Bonus track
Kerennya, 20th Century Women memberikan referensi tentang buku-buku yang patut dibaca oleh seseorang yang ingin tahu lebih banyak tentang feminisme.
Here it is:
Our Bodies Our Selves by Judy Norsigian
source: theconversation.com |
Sisterhood is Powerful by Various Authors
source: s-usih.org |
Watership Down by Richard Adams
source: thereaderbookblog.blogspot.co.id |
Forever by Judy Blume
source: today.com |
The Road Less Traveled by M. Scott Peck
source: ph.carousell.com _________ |
2 komentar
salam,
https://www.cekaja.com/kredit