KEMARIN. Sesaat setelah memarkirkan scooter bututku, aku berlari tergesa-gesa menuju pintu masuk Gedung Anggar, yang terletak di kawasan kompleks Polder Air Hitam, Samarinda. Keringat yang membasahi wajah segera kuhapus tatkala melihat Ketua KONI Pusat, Tono Suratman tengah memberikan wejangan kepada para atlet anggar yang akan berangkat ke Negeri Tingkok untuk mengikuti kejuaraan dunia.
Aku membenarkan kerah kemeja yang tertiup angin karena ngebut sepanjang jalan. Kemudian menyapa kawan-kawan dari media lain, yang juga ingin mengabadikan tinjauan KONI Pusat terhdap para atlet anggar tersebut. Di sisi lain, para atlet terlihat jeli memperhatikan tiap kata yang dilontarkan Pak Tono. Wajah mereka masyuk, seakan pesan yang disampaikan Pak Tono memberi mereka kekuatan tersendiri jelang Asian Games 2018 yang tak lama lagi bergulir.
Aku membenarkan kerah kemeja yang tertiup angin karena ngebut sepanjang jalan. Kemudian menyapa kawan-kawan dari media lain, yang juga ingin mengabadikan tinjauan KONI Pusat terhdap para atlet anggar tersebut. Di sisi lain, para atlet terlihat jeli memperhatikan tiap kata yang dilontarkan Pak Tono. Wajah mereka masyuk, seakan pesan yang disampaikan Pak Tono memberi mereka kekuatan tersendiri jelang Asian Games 2018 yang tak lama lagi bergulir.
Asian Games Jakarta-Palembang 2018, dilaksanakan pada 18-8-2018. (Source: nasional.kompas.com) |
Peribincangan berkesan itu diakhiri dengan sorak-sorai yel-yel yang dikumandangkan para atlet, menggema di setiap sudut gedung. Lalu, Pak Tono dan Ketua KONI Kaltim, Zuhdi Yahya serta Manajer Timnas Anggar, Muslimin perlahan berjalan menuju sebuah ruangan khusus, menyambut kami untuk sesi wawancara.
Di sana, Pak Tono menuturkan bahwa kunjungannya ke Samarinda untuk memotivasi dan memberi pembekalan para atlet anggar yang akan berlaga di Asian Games. Sebagaimana diketahui, Samarinda menjadi wadah berlatih bagi atlet anggar yang tergabung dalam skuat Pemusatan Latihan Nasional (Pelatnas) untuk persiapan Asian Games 2018.
Kehormatan itu menjadi kebanggaan tersendiri bagi Kota Tepian (sapaan akrab Kota Samarinda) dengan kehadiran Pak Tono. Bukan berlebihan, ketika dia mengatakan gedung yang digunakan Pengurus Besar Ikatan Anggar Seluruh Indonesia (PB IKASI) untuk Pelatnas Asian Games sudah berstandar internasional. Bahkan dia berharap, di masa yang akan datang, Gedung Anggar bisa dijadikan wadah menggelar kejuaraan di level Asia.
Gedung Anggar, wadah para atlet Pelatnas Asian Games mengembangkan teknik dan kelincahan. (Source: dispora.samarindakota.go.id) |
Usai memenuhi tugasku, aku pulang dengan wajah berkilauan. Aku mulai berpikir, perhelatan Asian Games 2018 yang bakal diselenggarakan di dua kota, yakni Jakarta dan Palembang, sepertinya bukan hanya milik para insan olahraga. Di atas ranjang, sebelum memejamkan mata, aku mulai mengingat-ingat kembali bagaimana hubunganku dengan dunia olaharaga. Hingga sekarang bisa bekerja sebagai reporter radio swasta, bidang olahraga.
Aku terdiam. Pikiranku berjalan menembus garis-garis masa lampau dengan mengingat satu kejadian ketika masih duduk di bangku Sekolah Dasar. Di mana aku sangat menyukai olahraga.
Pelajaran yang kuminati semasa sekolah adalah olahraga dan sejarah. Bahkan aku tak pernah tertarik dengan pelajaran lain, terutama matematika dan fisika. Aku selalu menunggu hari-hari di mana guru olahraga mengajak ke luar kelas untuk bermain bola kasti dan sepakbola.
Sebuah momen yang tak terlupakan pada saat bermain bola kasti adalah ketika aku berhasil memukul bola dengan kuat sampai terlempar jauh ke halaman belakang sekolah. Jika sudah begitu, kawan sekelas yang menjadi lawan, ogah memungut bola yang mirip dengan bola tenis tersebut, karena dari certia yang beredar, datangnya dari penjaga sekolah, halaman belakang sekolah di dominasi rawa sarang hewan melata berkembang biak.
Lain lagi halnya tentang sepakbola. Aku merasa beruntung karena memiliki paman yang berprofesi sebagai pelatih junior bagi klub besar di Kota Samarinda pada masa itu. Aku biasa memanggilnya Opa. Bukan karena dia orang Korea Selatan, tapi karena dia memiliki keturunan darah Manado-Banjar.
Setiap Minggu pagi, kala matahari masih bermalas-malasan di balik sinar rembulan, aku selalu "dipaksa" Opa untuk ikut berlatih bersama anak-anak lain, di lapangan yang terletak di pusat Kota Samarinda. Kurasa, hampir seluruh anak-anak di Samarinda pada waktu itu berlatih di sana, demi menyempurnakan teknik bermain sepakbola. Sekarang, lapangan yang biasa kami pakai untuk berlatih, beralih fungsi menjadi sebuah taman yang indah. Di mana terdapat lampu berukuran raksasa, serupa tubuh gadis, berdiri tegap di tengah taman tersebut. Pemerintah setempat memberinya nama Taman Samarendah.
Lampu hias yang menjadi Land Mark terbaru Kota Samarinda. (Source: dispar.samarindakota.go.id) |
Di masa-masa indah itu, aku banyak mengikuti kejuaraan sepakbola. Mulai dari turnamen antar kampung hingga turnamen tingkat pelajar se-Samarinda. Ketika menjajaki Sekolah Menengah Kejuruan, aku mengidap asma kronis. Beberapa orang bilang kalau aku mendapat penyakit tersebut karena keturunan. Karena Kai, Nenek, dan Mamak menderita penyakit yang sama.
Namun, aku tidak terlalu percaya kata orang. Menurutku, penyakit ini nomplok ketika aku mulai mencoba merokok. Akibat aku mengecap asap rokok, malamnya Mamak membawaku ke Unit Gawat Darurat, di salah satu rumah sakit terbesar di Samarinda.
Sebuah alat kesehatan berbentuk kotak dengan selang dan alat penghisap menjadi pahlawanku. Setelah seorang perawat mengutak-atik tombol pada alat itu, asap putih dengan bau obat yang menyengat masuk di sela-sela rongga hidung dan mulut. Sesekali asap itu menghampiri mata, meninggalkan rasa perih dan rintikkan air mata. Hidungku terasa dimasuki asap fogging pengusir nyamuk.
Masa-masa berjuang dengan paru-paru cacat menyisakan frustasi yang begitu mendalam. Takut bengek di tengah jalan, Mamak selalu menyelipkan inhaler di saku celana di setiap bepergian. Kebiasaan itu dimulai ketika keluar dari rumah sakit hingga sekarang.
Perasaan gembira muncul waktu mulai bekerja sebagai reporter radio. Senang sekali rasanya bisa ditempatkan di bidang olahraga. Setidaknya, bisa mengusir kegagalan menjadi atlet sepakbola.
Hari demi hari kulalui dengan menulis berita-berita olahraga di daerahku. Berangkat dari sana, aku mulai gemar mendengarkan kabar-kabar menyenangkan mengenai prestasi para atlet yang berlaga di luar daerah, membawa nama besar Benua Etam (julukan Provinsi Kalimantan Timur).
Menjelang Asian Games 2018 yang akan digelar pada Agustus mendatang, euforia yang merata di setiap daerah juga hadir di Samarinda. Spanduk-spanduk bertuliskan "Siap Sukseskan Asian Games XVIII 2018" bertebaran hampir di semua halaman depan instansi pemerintahan yang ada di Samarinda. Sepertinya, pemerintah ingin sekali masyarakat mengerti, bahwa saat ini Indonesia bakal menjadi tuan rumah hajatan olahraga akbar se-Asia itu.
Bahkan baru-baru ini, Kapolri, Tito Karnavian melalui Kapolres Samarinda, Vendra Riviyanto mengingatkan warga Kota Tepian agar bersama-sama menegakkan keamanan demi menyambut Asian Games 2018. Hal itu disampaikannya saat berpidato di Upacara HUT ke-72 Bhayangkara, di Area Parkir GOR Segiri Samarinda. Sebuah bukti nyata, kalau Samarinda juga punya peran penting dalam mensukseskan gelaran tersebut.
Seperti yang aku bilang sebelumnya, Kota Samarinda dijadikan wadah Pelatnas bagi atlet-atlet anggar yang punya impian besar berlaga di Asian Games. Manajer Timnas Anggar, Muslimin nampak menaruh perhatian besar kepada para atlet. Pagi, siang, hingga sore, dia terus mengunjungi para atlet anggar, memastikan mereka dalam kondisi prima ketika tampil dalam kejuaraan penuh gengsi itu.
Suasana latihan Timnas Anggar menuju Asian Games 2018. (dokumentasi pribadi) |
Tak hanya sampai di sana, Benua Etam, sebagai lumbung atlet, banyak mengirim para patriot olahraganya hampir di semua cabang olahraga. Terhitung ada 66 atlet dan dua pelatih asal Kaltim yang saat ini bergabung dalam Pelatnas di seluruh daerah, di Tanah Air.
Malahan, suksenya tim anggar Indonesia menggelar Pelatnas, jadi pemicu semangat atlet-atlet gulat untuk melangsungkan hal yang sama di Kota Samarinda. Skuat gulat Merah-Putih yang akan bertanding di Asian Games itu dikabarkan akan menjalani program latihan di Benua Etam. Mengingat, Samarinda juga memiliki Gedung Gulat yang megah, dengan fasilitas mumpuni.
Gedung Gulat, Jalan Jakarta II, Samarinda. (Source: netizen) |
For your information, Kaltim sangat terkenal dengan cabang olahraga gulat. Dari 18 putra dan putri yang tergabung dalam Pelatnas Asian Games 2018, Samarinda menyumbangkan 6 atlet dan satu pelatih.
Begitu bangganya aku dengan Kota Samarinda. Meski tidak bisa ambil andil dalam Asian Games 2018, kelak aku berharap tetap bisa menjadi saksi sejarah, tatkala para punggawa asal daerahku merebut emas dan membawa harum nama Indonesia. Dan menyaksikannya melantunkan lagu Indonesia Raya di hadapan bangsa lain.
Pastinya, segenap warga Kota Samarinda bakal mendukung penuh, semua atlet yang akan tampil di Asian Games 2018. Terlebih, aku, Mamak, dan Nenek yang siap menonton para atlet meraih kemenangan demi kemenangan lewat layar kaca, sambil menyantap martabak manis dan segelas teh hangat.
Jayalah Indonesia! Jayalah Benua Etam! Jayalah Kota Tepian!
***
Bingung, mau cari informasi menarik seputar Asian Games 2018, tapi nggak tahu harus ke mana? Tenang, jangan panik dulu. Yuk, kepo-in dukungbersama.id dan indonesiabaik.id. Lewat situs resmi penyedia informasi Asian Games 2018 ini, kamu bakal mendapatkan jadwal, berita para atlet dari daerah kamu, perlombaan yang diadakan pihak penyelenggara, hingga pernak-pernik turnamen akbar se-Asia tersebut. (Hna)
4 komentar