KEMARIN. Sebelumnya, aku sudah pernah bilang, bahwa suatu saat akan pergi ke Ibu Kota untuk menyaksikan secara langsung keseruan Asian Games 2018. Dan, program Writing Marathon (Writingthon) yang diselenggarkan Bitread Publishing yang bekerja sama dengan Kementrian Komunikasi dan Informasi (Kekominfo) menjadi perahuku berlayar.
Yap, karya tulisku sebelumnya, berjudul Dari Samarinda, Menuju Asian Games 2018 terpilih sebagai salah satu pemenang dari program tersebut. Kerennya, mereka memberiku kesempatan untuk berkunjung ke Jakarta selama lima hari.
Sejak pukul 02.00 Wita, aku sudah sibuk mengemas barang-barang untuk diperlukan selama di Jakarta. Sejenak aku berpikir, barang yang dibawa harus hemat tempat dan efisien, sebab aku hanya membawa tas ransel. Dua kemeja, dua kaos, dua celana panjang, dan empat celana dalam akan nampak sempurna, gumamku dalam hati.
Jarum jam mulai bergerak, menujukkan pukul 05.10 Wita. Aku sudah di dalam bis menuju Kota Minyak, Balikpapan. Perjalanan dari Samarinda menuju Balikapan memakan waktu 2 hingga 3 jam. Terasa nyaman dengan sejuknya AC bis, waktu tersebut aku gunakan untuk tidur.
Sesampainya di Bandara Aji Muhammad Sulaiman, Balikpapan pukul 08.30 Wita, aku harus kembali menuggu, karena tiket pesawat yang kugenggam dijadwalkan berangkat pukul 10.55 Wita.
Lantaran tidak bisa kembali tidur, aku membunuh waktu dengan membaca buku Analisis Teks Media, karya Alex Sobur. Tak terasa, petugas bandara mengumumkan jadwal keberangatanku. Aku menarik nafas, Asian Games, aku datang.
Tiba di Bandara Soekarno Hatta, Jakarta, aku harus menunggu bis jemputan yang disediakan Kekominfo. Merasa bosan karena harus (kembali) menunggu sekitar 2 jam, aku berjalan-jalan, melihat-lihat area sekitar sembari mencari toilet, karena selama di perjalanan aku nekat menahan pipis.
Keluar dari toilet, aku melihat 4 orang anak muda yang berjalan ke luar bandara dengan mengenakan atribut Asian Games yang didominasi warna oranye. Aku pikir mereka timnas sepak bola Belanda. Bukan ah, ini kan Asian Games, pikirku.
Memberanikan diri mengobrol, ternyata mereka adalah volunteer Asian Games. Wow, keren, ujarku. Salah dari keempat anak muda yang aku lupa namanya, mengatakan, jauh sebelum persiapan Asian Games, pemerintah memang sudah mencanangkan unutuk mencari para volunteer yang siap mensukseskan hajatan olahraga se-Asia itu. Dia melanjutkan, sedikitnya ada 14 ribu volunteer yang beroperasi di bidang transportasi, pelayanan, dan lainnya.
Keasyikan ngobrol, aku lupa kalau bis kami sudah datang. Lantas, masing-masing dari kami mengucapkan selamat tinggal.
Aku sampai di hotel tempat kami menginap sekitar pukul 17.00 Wib. Setelah registrasi ulang, aku langsung menuju kamar dan melepaskan kerinduan dengan kasur serta bantal-guling.
Malamnya, keseruan kembali terjadi ketika acara pengantar dan perkenalan peserta, yang dilaksanakan panitia. Di sana, para blogger memperkenalkan diri dan daerah masing-masing. Canda tawa riuh dalam sesi tersebut, karena kejenakaan sejumlah blogger.
Namun, yang paling berkesan malam itu adalah pesan yang disampaikan Andi Muslim, Ketua Kampanye Asian Games 2018. Dia mengatakan, para blogger yang ada hadir saat ini merupakan bagian dari Asian Games 2018. Dengan tulisannya, para blogger bisa menggelorakan semangat Asian Games 2018 ke seluruh penjuru dunia.
Satu hari melewati waktu demi waktu di Jakarta, aku mulai merasakan kemenangan di dalam diriku. Semangat semakin berkobar tatkala melhat serba-serbi Asian Games yang terpampang di setiap sudut Ibu Kota. Dari sana aku sadar, kita semua adalah bagian dari ajang bergengsi yang menyuguhkan martabat kita sebagai rakyat Indonesia. (Hna)
Yap, karya tulisku sebelumnya, berjudul Dari Samarinda, Menuju Asian Games 2018 terpilih sebagai salah satu pemenang dari program tersebut. Kerennya, mereka memberiku kesempatan untuk berkunjung ke Jakarta selama lima hari.
Sejak pukul 02.00 Wita, aku sudah sibuk mengemas barang-barang untuk diperlukan selama di Jakarta. Sejenak aku berpikir, barang yang dibawa harus hemat tempat dan efisien, sebab aku hanya membawa tas ransel. Dua kemeja, dua kaos, dua celana panjang, dan empat celana dalam akan nampak sempurna, gumamku dalam hati.
Jarum jam mulai bergerak, menujukkan pukul 05.10 Wita. Aku sudah di dalam bis menuju Kota Minyak, Balikpapan. Perjalanan dari Samarinda menuju Balikapan memakan waktu 2 hingga 3 jam. Terasa nyaman dengan sejuknya AC bis, waktu tersebut aku gunakan untuk tidur.
Sesampainya di Bandara Aji Muhammad Sulaiman, Balikpapan pukul 08.30 Wita, aku harus kembali menuggu, karena tiket pesawat yang kugenggam dijadwalkan berangkat pukul 10.55 Wita.
Lantaran tidak bisa kembali tidur, aku membunuh waktu dengan membaca buku Analisis Teks Media, karya Alex Sobur. Tak terasa, petugas bandara mengumumkan jadwal keberangatanku. Aku menarik nafas, Asian Games, aku datang.
Tiba di Bandara Soekarno Hatta, Jakarta, aku harus menunggu bis jemputan yang disediakan Kekominfo. Merasa bosan karena harus (kembali) menunggu sekitar 2 jam, aku berjalan-jalan, melihat-lihat area sekitar sembari mencari toilet, karena selama di perjalanan aku nekat menahan pipis.
Keluar dari toilet, aku melihat 4 orang anak muda yang berjalan ke luar bandara dengan mengenakan atribut Asian Games yang didominasi warna oranye. Aku pikir mereka timnas sepak bola Belanda. Bukan ah, ini kan Asian Games, pikirku.
Me and My Squad (dok: pribadi) |
Memberanikan diri mengobrol, ternyata mereka adalah volunteer Asian Games. Wow, keren, ujarku. Salah dari keempat anak muda yang aku lupa namanya, mengatakan, jauh sebelum persiapan Asian Games, pemerintah memang sudah mencanangkan unutuk mencari para volunteer yang siap mensukseskan hajatan olahraga se-Asia itu. Dia melanjutkan, sedikitnya ada 14 ribu volunteer yang beroperasi di bidang transportasi, pelayanan, dan lainnya.
Keasyikan ngobrol, aku lupa kalau bis kami sudah datang. Lantas, masing-masing dari kami mengucapkan selamat tinggal.
Aku sampai di hotel tempat kami menginap sekitar pukul 17.00 Wib. Setelah registrasi ulang, aku langsung menuju kamar dan melepaskan kerinduan dengan kasur serta bantal-guling.
Malamnya, keseruan kembali terjadi ketika acara pengantar dan perkenalan peserta, yang dilaksanakan panitia. Di sana, para blogger memperkenalkan diri dan daerah masing-masing. Canda tawa riuh dalam sesi tersebut, karena kejenakaan sejumlah blogger.
Namun, yang paling berkesan malam itu adalah pesan yang disampaikan Andi Muslim, Ketua Kampanye Asian Games 2018. Dia mengatakan, para blogger yang ada hadir saat ini merupakan bagian dari Asian Games 2018. Dengan tulisannya, para blogger bisa menggelorakan semangat Asian Games 2018 ke seluruh penjuru dunia.
Satu hari melewati waktu demi waktu di Jakarta, aku mulai merasakan kemenangan di dalam diriku. Semangat semakin berkobar tatkala melhat serba-serbi Asian Games yang terpampang di setiap sudut Ibu Kota. Dari sana aku sadar, kita semua adalah bagian dari ajang bergengsi yang menyuguhkan martabat kita sebagai rakyat Indonesia. (Hna)
***
Informasi seru lainnya seputar Asian Games 2918 juga disuguhkan oleh dukungbersama.id dan indonesiabaik.id lho!
Ini nih acara seru bergelar Writing Marathon (Writingthon) Asian Games 2018 besutan Bitread Publishing yang bekerja sama dengan Kementrian Komunikasi dan Infomasi (Kekominfo). |
Informasi seru lainnya seputar Asian Games 2918 juga disuguhkan oleh dukungbersama.id dan indonesiabaik.id lho!
1 komentar