Dengan QRIS Cross-Border, Vakansi ke Thailand jadi Tenang |
QRIS Cross-Border membuat
liburan ke Thailand jadi lebih tenang. Apalagi, dengan menggunakan QRIS
Cross-Border, kamu bisa menjaga ekonomi di Indonesia tetap stabil.
***
Puput,
adik perempuanku kebelet bervakansi ke luar negeri. Ia punya rencana pergi ke
Bangkok, Thailand awal tahun depan.
Kalau
saja planing liburan itu dijadwalkan pada Februari 2024, aku yakin Puput akan
melewatkan pemilihan presiden. Salah satu calon presiden Tanah Air ini bakal kehilangan satu suara. Tapi itu bukan
masalahnya.
Lebih
runyam dari menentukan pemimpin negeri, Puput tak tahu kalau liburan ke
Thailand lebih efisien jika menggunakan QRIS
Cross-Border.
Qriss Cross-Border untuk semua. Source: www.bi.go.id |
***
Chef pastry
di salah satu hotel bintang empat di Samarinda adalah profesi Puput. Ia bekerja
tak kenal waktu. Berangkat pas matahari baru muncul. Puput baru pulang jika
bulan sudah terang benderang.
Puput
dapat jatah prei dua hari dalam sepekan. Waktu libur kerjanya dimanfaatkan
untuk membuat cake di toko kue daring yang kami dirikan ketika wabah covid-19
merajalela.
Ide
mendirikan bake shop online itu
dicetuskan karena ia khawatir atas pekerjaannya sekarang. Puput cemas bila
suatu saat kontrak kerjanya tidak diperpanjang. Atau tiba-tiba menerima
pemutusan hubungan kerja alias PHK. Efek domino dari penyebaran virus corona.
Serunya,
toko kue itu bertahan hingga kini. Kombinasi antara kemahiran Puput mengadon
kue dan kemampuan coywriting-ku yang
lumayan jempolan, menyatu. Kami menjual beragam makanan pencuci mulut lewat
Instagram. Aku jadi punya penghasilan tambahan.
Bisa
dibilang, hampir seluruh hidup Puput didedikasikan untuk membuat kue yang enak.
Pernah suatu malam, aku melihat Puput mengigau saat tidur.
Mulutnya
komat-kamit. Melafalkan kalimat-kalimat tak jelas. Tangannya bergerak memutar,
seakan-akan sedang memegang mixer.
Kuat
dugaan, Puput kelelahan. Ia baru bisa molor di sepertiga malam, lantaran
sepanjang hari sibuk bikin ratusan kotak fudgy
brownies, pesanan tetangga sebelah rumah.
Keesokan
paginya, aku bertanya kepada Puput, apakah tidak ingin rehat sejenak? ambil
cuti, pergi liburan kemana, kek?
Jawaban
Puput bikin aku kaget. Ternyata ia telah merencanakan liburan jauh sebelum
pagebluk menyerang. Tak tanggung-tanggung, ia ingin melancong ke luar negeri.
Niat
bertamasya itu sempat terhambat. Semua aktivitas dibatasi akibat corona.
Termasuk bepergian dengan pesawat.
Kini,
semua pergerakan orang di dunia telah longgar. Setelah berbulan-bulan
karantina, pasti menimbulkan rasa jenuh. Makanya Puput mau balas dendam.
"Emang,
mau liburan kemana?," aku bertanya. Keheranan melihat Puput pagi-pagi
sudah rapi, dandanannya seperti mau pergi ke suatu tempat: celana kulot hitam,
dipadupadankannya dengan kemeja berbahan katun.
"Mau
ke Thailand, dong. Mumpung tiket pesawatnya lagi murah," kata Puput,
sambil menunjukkan isi tasnya yang bermuatan sebundel uang Rp 5 juta.
Puput
pun menjelaskan alasannya memilih Thailand sebagai lokasi melepas penat.
Pertama, seperti yang ia bilang, tiket pesawatnya murah. Pulang-pergi
Indonesia-Thailand cuman dua jutaan.
Terus,
kata Puput, Thailand paling cocok buat orang yang punya anggaran terbatas
seperti dirinya. Di sana apa-apa murah. Mulai moda transportasi, penginapan,
bahkan makanannya. Informasi tersebut ia dapat dari seorang kawannya, yang
pernah berkunjung ke Negeri Gajah Putih
itu.
Puput
berencana solo traveling ke Bangkok.
Hari itu, ia ingin pergi ke bank. Menukar duit jutaan rupiah tersebut dengan baht, mata uang Thailand. Kalau
dikonversikan, Puput bisa mengantongi sekitar 114,8 ribu baht, dengan doku Rp 5
juta itu.
Ia
juga bilang terinspirasi dari Europe Trip
untuk bepergian ala backpacker. Dari
film itu, ia belajar bagaimana menyimpan uang di lokasi-lokasi tak terduga,
seperti di dalam kaos kaki.
Puput
juga membeli kaos oblong, yang punya kantong kecil di bagian tengahnya. Pecahan
baht rencananya bakal disimpan di baju itu.
Sebelum
Puput beranjak, aku menahannya. Menyuruhnya duduk di sofa ruang tamu, barang
sebentar.
Aku
telah mengenal Puput pas ia baru lahir. Dan aku juga tahu, kalau ia tidak
menaruh perhatian mengenai update
terakhir perkembangan transaksi keuangan digital di bumi ini.
Aku
pun memberitahu Puput, sekarang, ia bisa menggunakan QRIS Cross-Border untuk
jajan di Rangnam, pusat street food
tersohor di Bangkok. Atau membayar tagihan penginapan, yang ia bilang murah
tadi.
"Kok
bisa? bukannya QRIS cuman dipakai di Indonesia," tanya Puput.
Untungnya
Puput punya kakak seorang jurnalis, yang terbiasa meliput isu-isu ekonomi. Aku
kembali menerangkan. Sistem standar kode QR telah diadopsi oleh sejumlah negara
besar di ASEAN, termasuk Indonesia dan Thailand.
Konsep
yang ditawarkan Quick Response Code
Indonesian Standard atau QRIS Cross-Border sederhana: cukup pindai kode QR
untuk membayar barang atau jasa, tanpa perlu sibuk mengisi detail pembayaran
secara manual.
Singkat
kata singkat cerita, walaupun merchant
(penjual) di Bangkok menyuguhkan kode QR yang dikeluarkan Bank of Thailand
(bank sentral milik otoritas Thailand) di gerainya, Puput tetap bisa memindai
dan membayar santapannya dengan QRIS Cross-Border.
"Ah,
pasti ribet. Harus ada yang di-download
dulu," timpal Puput seraya berdiri, bergegas ingin pergi. "Sudah, ah,
aku mau berangkat, mumpung libur."
"Sabar,
dengarkan dulu, lah. Nggak perlu unduh-unduh lagi, kok," kataku,
meyakinkan Puput. Ia pun kembali duduk.
Terangku
kepada Puput, ia biasa bertransaksi secara non tunai menggunakan DANA, yang
telah terhubung dengan QRIS. Jadi, ketika di Thailand nanti, ia cukup
menggunakan aplikasi dompet digital itu.
Alasan
utama mengapa Puput harus menggunakan QRIS Cross-Border saat di Thailand,
karena sistem tersebut efisien, cepat, praktis dan cukup mudah. Modal smartphone doang.
Memakai
QRIS Cross-Border dijamin keamanannya. Enggak perlu deh, simpan uang dalam kaos
kaki.
Paling
penting, dengan menggunakan QRIS Cross-Border, Puput membantu menjaga
stabilitas ekonomi Negara Kesatuan Republik Indonesia ini. Sebab, ia tak perlu
repot-repot pergi ke kios currency
exchange service untuk menukar rupiah dengan baht.
Selama
ini perjalanan ke luar negeri, mau yang bentuknya liburan religi, MICE (Meeting, Incentive, Convention, and Exhibition)
atau backpacker dinilai sejumlah pihak menyedot devisa. Dengan kata lain,
menimbulkan kerugian negara.
Persoalan
ini membingungkan Puput. Alisnya mengkerut. Hubungannya apa, traveling,
keuangan, dan kerugian negara, tanya Puput.
Memang
agak lucu dunia keuangan ini. Mereka ditentukan oleh sesuatu yang tak kasat
mata, namun dampaknya bisa terasa sampai ke mana-mana.
Aku
mencontohkan. Ketika ia memutuskan healing
ke Thailand, pasti berpikir untuk menukar rupiah dengan baht. Nggak mungkin
dong, cuman tukar beberapa ratus ribu saja. Kemungkinan besar penukaran uangnya
jutaan. Tujuannya supaya bisa liburan dengan tenang di sana.
Disadari
atau tidak, permintaan akan baht jadi semakin tinggi, lantaran yang pergi
wisata ke Bangkok bukan Puput saja. Nah, ketika permintaan baht semakin tajam,
mata uang resmi Thailand itu harganya meroket. Harga baht yang melambung
tinggi, sementara nilai rupiah melemah.
Puput
manggut-manggut. Kemudian aku melanjutkan kalau QRIS Cross-Border juga
memberikan keuntungan bagi masyarakat Indonesia.
Bayangkan
jika skenarionya dibalik. Di masa depan, Samarinda sebagai salah satu kota
penyangga ibu kota negara (IKN) baru, jadi persinggahan para turis asing.
Di
masa itu, berbagai usaha mikro telah mengandalkan pembayaran digital melalui
QRIS. Toko kue daring kami juga menerapkannya.
Lewat
QRIS Cross-Border, kami hanya perlu menunjukkan kode QR di kasir saat ada turis
asing membeli fudgy brownies andalan kami.
Si
turis dengan mudah membayar dengan memindai kode tersebut dengan melalui dompet
digital di ponsel pintarnya. Pembayaran selesai dalam hitungan detik. Kami tak
perlu memikirkan angsulan (bahasa
Banjar untuk kembalian).
Terlebih,
adanya QRIS Cross-Border dapat meningkatkan daya tarik pelancong mancanegara,
karena memudahkan transaksi tanpa harus menukar mata uang.
Infografis 1. Source: www.bi.go.id |
Hari
itu, Puput tidak jadi berangkat ke bank. Ia berganti baju: daster panjang
sampai ke kaki, dengan celemek dapur yang biasa dipakainya untuk memasak kue.
"Ayo,
hari ini jualan saja," seru Puput.
Selayang pandang QRIS
lintas negara
Pemerintah
Indonesia, melalui QRIS Cross-Border atau QRIS lintas negara punya cita-cita
besar. Di antaranya mendukung digitalisasi perdagangan dan investasi, serta
menjaga stabilitas makroekonomi dengan memperluas transaksi keuangan dengan
mata uang lokal.
Guna
mewujudkannya, konektivitas lintas negara melalui sistem pembayaran, jadi hal
yang paling memungkinkan dilakukan. Atau istilah kerennya, Cross-Border Transaction (transaksi lintas batas).
Langkah
cepat dilakukan pemerintah. Bank Indonesia telah menjalin kerja sama dengan
bank sentral negara-negara ASEAN. Seperti Bank Negara Malaysia, Banko Sentral ng Pilipinas, Monetary Authority of Singapore, dan Bank of Thailand.
QRIS
antarnegara dapat digunakan di Thailand dan Malaysia. Bank Indonesia tengah
menggodok penerapan QRIS Cross-Border di Singapura dan Filipina.
***
Masih
bingung cara menggunakan QRIS Cross-Border? Tenang, jangan panik. Ikuti saja
langkah berikut ini:
1.
Buka aplikasi pembayaran dan klik menu “Scan QRIS".
2.
Masukkan jumlah nominal yang harus dibayar atau ditransfer, dalam mata uang
negara asal. Misal 10 baht (฿).
3.
Konfirmasi tujuan dan nominal dalam Rupiah (otomatis sudah terkonversi, misal
dari 10 ฿ akan otomatis menjadi Rp
4.500).
4.
Masukkan PIN Anda akan menerima notifikasi bahwa transaksi berhasil dilakukan.
5.
Pembayaran dengan QRIS antarnegara selesai dilakukan.
Namaku
Maulani Al Amin, Participant of BI Digital Content Competition 2023. Ingat
pesan ini kawan, QRISnya satu, menangnya banyak!
Infografis 2. Source: www.bi.go.id |
Posting Komentar